Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan UPB Bekerja Sama Mempersembahkan Focus Group Discussion


Selasa, 9 September 2014, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bekerja sama dengan Universitas Putera Batam mempersembahkan Focus Group Discussiondengan tema “Peningkatan Harmonisasi Kehidupan Masyarakat Multikulturalisme di Kota Batam” di Ruang Seminar Universitas Putera Batam. Narasumber dalam diskusi antara lain KH Didi Suryadi (Tokoh Agama), Melisa Anggraini S.H., M.H (Akademisi), dan Richard Naiggolan (Sekretaris DKD PWI Kepri) dan dimoderatori oleh Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Karol Teovani Lodan, S.AP, M.AP.l

Pers memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kerukunan, persatuan, tolerasi, dan persaudaraan. Jika pers menyajikan informasi yang tidak mempertimbangkan dampak dari pemberitaan, tentu akan sangat berdampak munculnya konflik dalam Kehidupan Masyarakat Multikulturalisme. Pembatasan peran pers tentu tidak cukup dibatasi oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga harus diperkuat oleh editorial policy lembaga media yang ada di Batam,”. demikian yang dipaparkan oleh Sekretaris Dewan Kehormatan Daerah (DKD) PWI Kepri, Richard Nainggolan.

Diskusi yang dihadiri oleh kalangan mahasiswa, dosen, paguyuban etnis, Organisasi Kepemudaan, Organisasi Keagamaan dan kalangan pers. “Pihak kampus sangat bersyukur karena PWI Kepri bersedia menjalin kerjasama dengan UPB. Karena kebetulan kami memiliki program pendidikan jurnalistik, semoga berkat bimbingan teman-teman PWI Kepri ini bisa mengantarkan mahasiwa kita menjadi wartawan professional," ujar Rektor UPB, Nur Elfi Husda saat membukaFocus Group Discussion (FGD).

“Keberagaman adalah anugerah yang bersifat kodrati. Ia adalah sebuah keniscayaan yang absolut dan pasti akan terjadi dalam kehidupan, dan itulah sunnatullah. Realitas kemajemukan dalam kehidupan masyarakat ini dapat dianalogikan sebagai sebuah orkestra yang memiliki berbagai alat musik dengan masing-masing bunyi . Kalau semua alat musik itu ditata menurut prinsip-prinsip ilmu harmoni, maka keberagaman itu akan menghasilkan sebuah komposisi musik yang utuh, indah dan enak didengar," ujar KH. Didi Suryadi.

Dari kalangan akademik, Mellisa Anggraini, S.H., M.H memaparkan, “untuk membangun bangsa ke depan diperlukan upaya untuk menjalankan asas gerakan multikulturalisme menjadi sebuah ideologi yang dianggap mampu menyelesaikan berbagai masalah, sebagai berikut : Pertama, manusia tumbuh dan besar pada hubungan sosial di dalam sebuah tatanan tertentu, dimana sistem nilai di terapkan dalam berbagai simbol-simbol budaya dan ungkapan-ungkapan bangsa. Kedua, keanekaragaman budaya menunjukkan adanya visi dan sistem dari masing-masing kebudayaan sehingga budaya satu memerlukan budaya lain”.

Dengan mempelajari kebudayaan lain, maka akan memperluas cakrawala pemahaman akan makna multikulturalisme Ketiga, setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk sehingga dialog berkelanjutan sangat diperlukan sebagai modal terciptanya semangat persatuan dan kesatuan. 

Setelah selesai diskusi, UPB dan PWI melakukan penandatanganan MoU yang dihadiri oleh Rektor UPB, Dekan Fishun (Fakultas Ilmu Sosial & Humaniora) dan Novianto dari perwakilan UPB sedangkan perwakilan dari PWI dihadiri oleh Richard Naiggolan.

Kerja Sama