4 Tragedi Dunia karena Gas Air Mata dan Kelalaian Pihak Keamanan
[Tanggal Kegiatan : 07/10/2022] |
Kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya pada
lanjutan Liga 1, Minggu (3/10/2022) terus mendapat sorotan. Sebanyak 125 orang
dilaporkan meninggal dunia akibat insiden itu dan menempatkannya sebagai salah
satu kerusuhan sepak bola terburuk di dunia. Tindakan aparat keamanan yang
menembakkan gas air mata terhadap suporter juga mendapat banyak kecaman. Sebab
aturan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) melarang penggunaan gas air
mata di stadion. Dalam beberapa tragedi sepak bola di dunia, pihak
keamanan tercatat dijatuhi hukuman atas tindakannya yang lalai sehingga
menimbulkan korban jiwa.
1. Tragedi Lima
1964
Tragedi Lima 1964 ini terjadi ketika penonton marah atas
keputusan wasit yang menganulir gol di akhir pertandingan penting kualifikasi
Olimpiade antara Peru melawan Argentina. Suporter yang marah kemudian
menginvasi lapangan dan membuat polisi menembakkan gas air mata ke kerumunan.
Penggemar yang panik mencoba melarikan diri tetapi menemukan gerbang keluar
ditutup. Sebanyak 328 orang dilaporkan meninggal dunia atas insiden itu. Jorge
Azambuja, komandan polisi yang memberi perintah untuk menembakkan gas air mata,
dijatuhi hukuman 30 bulan penjara.
Hakim Castaneda juga didenda karena menyerahkan laporannya
terlambat enam bulan dan tidak menghadiri otopsi korban.
2. Tragedi Hillsborough
Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) menimbulkan korban
dua kali lipat lebih banyak dibanding Tragedi Hillsborough di Inggris. Pada 15
April 1989, sebanyak 96 orang meninggal dunia akibat berdesak-desakan menonton
pertandingan Liverpool kontra Nottingham Forest di Stadion Hillsborough.
Tragedi Hillborough dianggap sebagai titik balik sepak bola Inggris untuk
berbenah menciptakan pertandingan yang lebih aman dan kondusif. Penyelidikan
yang dipimpin Lord Justice Taylor mengungkap bencana itu terjadi akibat
"kegagalan kontrol oleh polisi". Saat itu, polisi dinilai lalai
mengatur situasi sebelum pertandingan, sehingga ribuan suporter Liverpool masuk
ke tribun yang sudah melebihi kapasitas.
3. Kerusuhan di Stadion Port Said, Mesir
Kerusuhan ini terjadi setelah pertandingan antara klub
Al-Ahly melawan al-Masry pada Februari 2012. Tim tuan rumah menang 3-1, tetapi
para pendukungnya menyerang pendukung lawan hingga menyebabkan 75 orang
meninggal dunia. Banyak saksi menyatakan bahwa polisi di tempat itu tidak
melakukan apa pun untuk menghentikan pertumpahan darah. Sebanyak
11 orang dijatuhi hukuman mati dalam persidangan ulang kasus tersebut. Selain
itu, kepala direktorat keamanan Port Said dan kepala polisi maritim juga
menerima hukuman lima tahun penjara.
4. Tragedi sepak bola di Ghana
Insiden ini terjadi di Stadion Accra, Kota Accra, Ghana pada 9 Mei 2001 ketika pertandingan antara Hearts of Oaks dan Kumasi selesai. Kekalahan Kumasi itu membuat para pendukungnya marah, sehingga melemparkan proyektil dan merusak kursi. Merespons tindakan itu, polisi kemudian melemparkan granat gas air mata, yang kemudian memicu kerusuhan. Para penonton berhamburan dan berdesak-desakan hingga menimbulkan korban jiwa. Dilaporkan 126 orang tewas akibat kejadian ini. Untuk mempertanggungjawabkan insiden itu, enam polisi senior didakwa dengan pembunuhan, dikutip dari Mail and Guardian.
Sumber : Kompas.com